” Halah pura-puranya aja tuh pake jilbab,padahal kelakuan gak karu-karuan ,muna tu anak ” kata temanku membuat keningku berkerut. Temanku yang lain menimpali.
” Iya tu emang muna,pura-pura baik mulu,sok rajin,gak mau pacaran lagi padahal kita tau dulu kelakuannya gimana,suka pake baju setengah tiang alias tu puser keliatan,eh sekarang sok alim dia. Padahal kelakuanya gak berubah..idih..muna ”
Aku merinding mendengar percakapan temen-temenku karna melihat perubahan salah satu sahabatku menjadi lebih baik. Aneh,melihat orang lebih baik malah di bilang “muna”
===========================
” Muna” itu kata-kata gaul dari kata ” Munafik “,entah mungkin saya atau sahabat sudah sering kali mendengarkan hal ini.
Berawal dari beberapa kawan yang terlalu sering menggunakan kata ” Muna ” untuk mewakili kegundahan hati mereka karna melihat perkembangan sahabat-sahabatnya yang berbeda dengan diri mereka. Kenapa??
Ketika ada seseorang lebih baik dari sebelumnya dan lebih baik dari kita,tanpa sadar tumbuh rasa iri,iri yang di tunggangi setan. Maka di mata kita,timbullah kata ” muna” buat mereka,tapi “muna” menurut kita,bukan “muna” menurut islam.
Kita melihat seseorang yang dulunya tidak memakai jilbab terus tiba-tiba dia memakai jilbab yang mnutup semua auratnya. Buat orang yang iri tapi ingin menyembunyikan ke iri anya,sering kali menepis kebaikan orang itu dengan kata-kata ” Muna ” bahkan yang lebih parah yang kerap kali mengganggu hati saya perkataan seperti ini ” Atas kerudung,bawah warung,yang kaya gini “muna” abis “.. Masyaallah..
Atau kerap kali terdengar kata “muna” ketika seseorang enggan untuk berbuat maksiat,enggan untuk berpacaran,enggan untuk melakukan apa yang di larang,sehingga membuat rasa minder orang tersebut karna merasa di jauhi teman-temannya.
So..apa sebenarnya” Muna” atau Munafik itu ??
Munafik adalah: Orang yang keadaan lahirnya (baik perkataan maupun perbuatan) tidak sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya
“Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya” (HR. Bukhari dan Muslim”).
Ibn rajab menerangkan hadits ini sebagai berikut :
1. Seseorang yang berkata dusta tapi di benarkan orang lain karna terpengaruh dustanya.
“Amat besar pengkhianatanya manakala kamu berbicara kepada saudaramu dengan suatu pembicaraan di mana ia membenarkanmu namun kamu berdusta kepadanya.”( Hr. Ahmad )
2. Bila berjanji dia mengingkari.
Dia hanya mengucapkan padahal dalam hatinya dia tidak akan dan tidak mau menepati janji tersebut maka yang seperti ini termasuk golongan munafik. Namun berbeda ketika dia berjanji namun dia ingin sekali menepati tapi kondisi ternyata tidak berpihak,maka tidak mengapa.
3. Bila diberi amanah, ia berkhianat.
Bila seseorang diberi amanah, maka ia wajib mengembalikannya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS.an-Nisa’/4:58)
Sahabat,dari penjelasan di atas jelaslah kalo kita tak bisa sembarangan mengatakan dia atau dia “muna”. Apalagi kepada orang-orang yang ingin menjauhi segala bentuk kemaksiatan,kalo pun mempermasalahkan niat,yang tau niat hanya dia dan Dia,kita tak berhak menuduh apapun terhadapnya hanya karna dia tidak mengikuti apa yang kita lakukan.
Jagalah lisan mu sahabat,karna seringkali lisanmu lah yang membawamu pada jurang kehinaan.
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”( Hr. Bukhori )
0 komentar:
Posting Komentar